eCWbXBoqKVlcyXUNIzJr7wbcnJRa7fysuT0ds4TB
Bookmark

Pentas Ketoprak Mendhung ing Karangwuni Digelar oleh GIK UGM

Pentas Ketoprak Mendhung ing Karangwuni Digelar oleh GIK UGM - Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) meluncurkan program inovatif "GIK Menyapa: Ketoprak Kolaborasi" , yang menampilkan pentas ketoprak kolaborasi bertajuk Mendhung ing Karangwuni pada 20 Agustus 2024, sebagai upaya melestarikan seni tradisi sekaligus menjadikannya platform edukasi bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Pertunjukan ini terbuka untuk publik dan gratis. 

“Cerita Mendhung ing Karangwuni diangkat dari kehidupan masyarakat kebanyakan yang menyoroti pentingnya integritas, dialog, dan mendengarkan suara rakyat sebagai pemegang kedaulatan,” ujar Bambang Paningron, salah satu sutradara pentas ketoprak Mendung ing Karangwuni, yang juga Community Outreach GIK UGM. 

Pentas Ketoprak Mendhung ing Karangwuni Digelar oleh GIK UGM


Pertunjukan ini juga melibatkan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni UGM, Dr. Arie Sujito dan Dr. Sindung Tjahyadi, Direktur Kemahasiswaan UGM yang turut berperan sebagai pemain.

Dalam konteks sosial yang sering kali diwarnai oleh ketidakadilan dan ketegangan, cerita ini mengajak penonton untuk merenungkan nilai-nilai fundamental yang seharusnya menjadi landasan dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui kisah yang mencerminkan kehidupan sehari-hari, pertunjukan ini menyoroti bahwa integritas adalah pilar utama dalam menjaga kepercayaan publik, sementara dialog terbuka menjadi kunci untuk menyelesaikan perbedaan. 

Lebih dari sekadar hiburan, Mendhung ing Karangwuni akan mengingatkan kita bahwa suara rakyat harus selalu didengar dan dihargai, karena merekalah yang sejatinya memegang kedaulatan dalam suatu bangsa. Pertunjukan ini disutradarai oleh Bambang Paningron, Tedjo Suyanto dan Brian Riangga Dhita. 

Selain pentas ketoprak Mendhung ing Karangwuni, GIK UGM juga menggelar Sarasehan Seni Tradisi: Ekosistem dan Modal Sosial Masyarakat Tradisi Membangun Peradaban, dengan narasumber Drs. Suharyoso SK., seniman teater kawakan sekaligus perintis Teater Gadjah Mada. Sarasehan ini berpotensi menjadi arena diskusi yang sangat menarik, mengingat isu yang diangkat juga erat kaitannya dengan relevansi seni tradisi di era modern. 

Baca juga:Lewat Usaha Aloe Vera, Mengubah Kehidupan Alan Efendhi Untuk Warga Gunung Kidul

Dalam diskusi ini, Drs. Suharyoso SK. akan membedah peran seni tradisi sebagai modal sosial yang sering diabaikan dalam pembangunan peradaban, serta bagaimana ekosistem seni justru bisa menjadi kunci dalam menjaga integritas budaya di tengah gempuran modernisasi. Dengan tema ini, sarasehan diharapkan mampu menarik perhatian berbagai kalangan, khususnya mereka yang peduli akan masa depan seni tradisi dan identitas budaya bangsa.

Anak muda sesungguhnya peduli

Pentas Ketoprak Mendhung ing Karangwuni Digelar oleh GIK UGM


Seni tradisi, seperti ketoprak, yang seharusnya menjadi cerminan peristiwa dan dinamika sosial kini terancam dilupakan. Hal ini bukan semata karena ketidakpedulian anak muda, tetapi akibat kurangnya ruang dan kesempatan bagi mereka untuk terhubung dengan akar budaya tersebut. Inilah yang menggerakkan GIK UGM untuk menjawab kebutuhan generasi saat ini. 

“Generasi muda sebagai aset bangsa harus diperkenalkan dengan dunia tradisi yang selalu berusaha menjaga adab, integritas dan etika. Proses pewarisan nilai-nilai melalui pertunjukan seni tradisi ini dirasa sangat penting, karena ia bisa menjadi cerminan peristiwa yang hidup di masyarakat dengan seluruh dinamikanya. Seni tradisi membutuhkan anak-anak muda untuk terus menjaga nilai-nilai itu,” tambah Bambang. 

Untuk mendukung keberlanjutan dan relevansi seni tradisi di era modern, GIK UGM tidak hanya berfokus pada pementasan, tetapi juga menginisiasi berbagai kegiatan yang melibatkan anak muda, mulai dari lokakarya hingga diskusi budaya yang bertujuan menghidupkan kembali minat mereka terhadap tradisi.

Dengan pendekatan yang inovatif, GIK UGM berupaya menjadikan seni tradisi sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari anak muda, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam pelestariannya dan merasa memiliki warisan budaya ini. 

Selain menjadi pusat kreativitas, GIK UGM juga berperan sebagai jembatan yang menghubungkan Civitas Akademika UGM dengan komunitas seni tradisi dan masyarakat luas. 

“Kolaborasi Civitas Akademika UGM bersama komunitas seni tradisi dan warga sekitar menjadi rujukan penting sebagai dukungan atas identitas budaya yang unik, memperkaya kehidupan sosial masyarakat, dan penghargaan pada toleransi antar suku, agama, dan etnis,” ujar Bambang.

GIK UGM, dengan berbagai program inovatif, berkomitmen untuk terus mendukung dan memperkuat peran seni tradisi dalam membangun peradaban yang inklusif, berkelanjutan, dan berakar kuat pada nilai-nilai lokal. 

Bersama segenap pemangku kepentingan, GIK UGM berkomitmen menjaga dan merawat kekayaan budaya, karena di dalamnya terkandung kekuatan untuk menyatukan dan menggerakkan masyarakat menuju masa depan yang lebih baik.

Anda mungkin suka:Sidowarno, Kampung Wayang yang Mampu Bertahan dan Melintasi Zaman
Posting Komentar

Posting Komentar