eCWbXBoqKVlcyXUNIzJr7wbcnJRa7fysuT0ds4TB
Bookmark

Sidowarno, Kampung Wayang yang Mampu Bertahan dan Melintasi Zaman

Sidowarno, Kampung Wayang yang Mampu Bertahan dan Melintasi Zaman - Sebuah desa di Jawa Tengah yang memiliki warisan budaya dan masih bertahan sampai saat ini. Sebuah desa yang mayoritas pekerjaannya adalah bidang seni, yakni Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, kecamatan Wonosari, Klaten. Desa ini terletak di perbatasan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten. 

Desa yang dikenal dengan Desa Wisata Wayang Sidowarno ini masih mempertahankan budaya wayang kulit sebagai identitas nasional Indonesia. Tak heran, kalau wayang kulit ini sampai diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya. 

Wayang kulit memiliki peran penting untuk masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah. Karena pada zaman dahulu, wayang kulit dijadikan sebagai sarana edukasi, hiburan dan ritual keagamaan. Selain itu, wayang kulit juga dihadirkan dalam acara upacara adat, pernikahan dan festival budaya. Mempertahankan budaya ini tidaklah mudah. Melihat perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar, menjadikan minat anak muda terhadap seni khususnya wayang kulit ikut memudar.  

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan wayang kulit sebagai identitas nasional? Salah satu jawabnya ada di Desa Wisata Sidowarno. Ya, disini menjadi tempat pelestarian seni tatah sungging wayang kulit yang mampu bertahan dan melintasi zaman. Serta menjadikannya sebagai salah satu pusat seni budaya di Jawa Tengah.

Desa Wisata Sidowarno

Desa bukan sembarang desa. Desa wisata Sidowarno ini sudah menjadi sentra seni tatah sungging wayang kulit yang diturunkan secara turun temurun sejak tahun 1960-an atau sekitar 60 tahun silam. Kerajinan wayang di desa ini pertama kali diwariskan oleh Mbah Hadi Kasimo pada tahun 1960. 

Seni tatah sungging wayang kulit ini juga menjadi sumber penghasilan untuk sebagaian warga Dukuh Butuh. Ada sekitar 75 pengrajin wayang kulit di desa itu. Selain membuat wayang kulit, warga di sini juga membuat seni lain seperti seni kaligrafi dan seni payet (hiasan baju pengantin Jawa). 



Pada tahun 2020 Desa Sidowarno ditetapkan sebagai desa wisata wayang oleh pemerintah kabupaten Klaten. Tak hanya itu, keunikan dan upaya pelestarian budaya wayang kulit membuat Astra menjadikan desa ini sebagai Kampung Berseri Astra (KBA) ke-74. 

Proses pembuatan Wayang

Kamis lalu, saya yang ditemani oleh teman-teman dari PenaKita berkesempatan untuk bisa mengintip langsung pembuatan wayang kulit. Acara ini diselenggarakan oleh PT. Astra Internasional dalam rangka mengenal lebih dekat dengan desa wisata wayang Sidowarno. 

Di sana, kami dipandu oleh Bapak Suraji selaku ketua RT untuk diajak berkeliling kampung. Sambil berkeliling, Pak Suraji juga ikut menjelaskan terkait proses pembuatan wayang. 

(Bapak Suraji, Pemandu Wisata)

Beliau mengatakan, proses pembuatan wayang kulit ini terbilang cukup sulit dan memakan waktu yang tidak sebentar. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Mulai dari pengumpulan kulit kerbau dari pengepul, perendaman kulit kerbau, menggambar sketsa wayang, memahat wayang, dan pewarnaan. Semua itu dilakukan dengan terampil dan penuh kehati-hatian. 

Tahapan pertama yang dilakukan adalah memilah lembaran kulit kerbau yang ia dapatkan dari pengepul. Selanjutnya direndam semalaman di dalam kolam dan pastikan seluruh permukaan kulit kerbau terendam semua. Selanjutnya, kulit kerbau tersebut diangkat dan dijemur. Disinilah kendalanya, kalau cuaca bagus pengeringan kulit kerbau ini bisa lebih cepat begitupun sebaliknya. 

(Proses Perendaman Kulit Kerbau)

Setelah kering, barulah proses selanjutnya yaitu pengerokan. Pengerokan ini dilakukan untuk menghilangkan bulu. Kegiatan ini cukup menguras tenaga, karena lembaran kulit kerbau yang cukup besar dan dilakukan manual dengan benda mirip seperti pacul mini. 

Ketika kulit kerbau ini dikerok, ada gulungan kecil yang merupakan sisa kulit dari pengerjaan tersebut. Kalian tau gak, kalau sisa kulit ini bisa dijadikan olahan masakan atau dijadikan cemilan. 

(Penjemuran Kulit)

(Pengerokan Kulit)

(Alat Pengerokan Kulit)

(Hasil Sisa Pengerokan Kulit)

Tahapan selanjutnya yaitu kentheng. Di tahap ini, kulit kerbau di bentangkan diatas papan kayu dan dipaku. Ini bertujuan agar lembaran kulit kerbau menjadi rapih dan tidak ada kerutan. 

(picture by: lagilibur.com)

Lanjut ke proses menggambar sketsa wayang. Bukan sekedar gambar, tapi sebelumnya sudah ada polanya terlebih dahulu. Lalu tinggal mengikuti polanya dengan menggambar diatasnya menggunakan pena. 

(picture by: lagilibur.com)

Setelah selesai, barulah ketahap berikutnya yaitu memahat wayang. Tidak asal main pahat, ternyata untuk memahat harus memiliki ketelitian yang sangat tinggi. Ada berbagai jenis ukuran paku pahat yang dipakai. Setiap bagian pola wayang memiliki tingkat dan kesulitan yang berbeda-beda. Maka itu memerlukan lancip paku pahat yang berbeda-beda. 

Lanjut ke proses pewarnaan. Saya paling suka melihat proses ini karena dengan sentuhan warna membuat wayang tersebut menjadi lebih hidup. Pemilihan warna yang tepat juga bisa membuat karakter wayang menjadi lebih terlihat. Penting untuk mengenal semua karakter pewayangan, agar tidak salah memberi warna. 

Saya pun dibuat takjub dengan setiap proses pembuatan wayang ini. Bagaimana tidak, semua kegiatan tersebut dibuat benar-benar dengan sepenuh hati dan menghasilkan karya yang luar biasa indahnya. Pantas saja harga wayang kulit mahal, karena proses pembuatannya pun juga sulit. 

Harga tiap wayang berbeda beda. Mulai dari 500ribu sampai 5 juta (menggunakan lapisan emas murni). Semua dikerjakan sesuai dengan pesanan. 


(Lapisan Emas)

Setelah pewarnaan, dilanjutkan dengan pemasangan aksesoris wayang seperti hiasan kepala, pakaian, atau senjata yang terbuat dari logam atau manik manik kecil. Setelah selesai, tinggal tentukan mau dipasang sebagai hiasan dinding atau untuk pertunjukan seni wayang kulit. 

Jikalau diperuntukkan untuk pertunjukan wayang kulit, bisa ditambahkan pegangan dari bambu atau kayu. Pegangan ini memungkinkan dalang untuk menggerakkan boneka dengan presisi saat pertunjukan. Jikalau hanya untuk hiasan dinding, wayang yang sudah jadi bisa ditempelkan diatas kanvas atau kulit kambing. 

Keunggulan Seni Lainnya Dari Masyarakat Desa Sidowarno

Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, kalau masyarakat di desa Sidowarno ini tidak hanya berpaku pada wayang saja. Tapi ada beberapa seni lain seperti seni kaligrafi dan seni payet (hiasan baju pengantin Jawa).

Pengakuan dari salah satu pengrajin seni payet mengatakan, kalau Mas Gibran dan Mbak Selvi pernah memesan baju pernikahannya disini. Betapa bangga dan terharunya warga Butuh Sidowarno ini menerima pekerjaan dari keluarga presiden. Ini juga menjadi salah satu bukti, bahwa desa ini mampu memberikan pelayanan yang terbaik. 

Saat kami ke sini, ada beberapa ibu-ibu sedang asik menjahit payet diatas kain yang akan digunakan sebagai baju pengantin. Butuh waktu hampir 1 bulan untuk menghasilkan baju yang diinginkan. Dengan terampil para ibu ini dapat tercipta baju pengantin adat jawa yang indah. 



Kalau wayang terbuat dari kulit kerbau, tapi untuk seni kaligrafi disini menggunakan kulit kambing. Kulit kambing sebelumnya sudah dibersihkan terlebih dahulu dengan cara direndam, dihilangkan daging dan lemak yang masih menempel, dijemur dengan cara dilentangkan menggunakan kayu sampai kering, sampai tidak ada lagi bekas daging dan lemaknya. 

Selanjutnya sesuaikan tulisan kaligrafi yang diinginkan. Ada 2 teknik penulisan kaligrafi diatas kulit kambing yaitu dengan cara menulis manual atau dengan cara mencetak tulisan sablon. 




Desa Wisata Wayang Sidowarno Sebagai Desa Wisata Edukasi 

Ada banyak kegiatan seni yang bisa kita lihat disini. Tak hanya dilihat, tapi kita juga bisa turun langsung ikut mencoba membuat wayang, membuat kaligrafi dan lainnya. Secara tidak langsung, desa ini memberikan banyak sekali informasi pengetahuan tentang seni. Patutlah desa ini juga disebut sebagai desa wisata edukasi. Desa Wisata Wayang memiliki kesenian musik, kesenian tari dan kuliner. Masyarakatnya pun sangat ramah dan senang berbagi informasi. 




Desa wisata wayang ini sangat cocok dikunjungi ketika libur sekolah. Karena anak-anak bisa belajar seni wayang dan memperlajari seni lainnya yang ada disini. Ditambah ada beberapa permainan tradisional serta ada pelatihan memanah bagi yang ingin belajar memanah. 

Kegiatan ini tak hanya untuk kalangan anak-anak saja, tapi untuk semua kalangan bisa mencoba. Terakhir yang saya kunjungi disini yaitu depot jamu. Kita bisa menikmati sajian jamu tradisional yang dibuat sendiri dengan rempah-rempah alami. 

Tidak cukup rasanya menjelajah Desa Wisata Wayang Sidowarno ini dalam sehari. Butuh waktu lebih untuk bisa mengeskplorasi semua kegiatan seni budaya yang ada disini. Ditambah dengan keramahtamahan yang diberikan penduduk setempat, membuat rasa nyaman untuk berlama lama disini. 

Semoga desa wisata wayang ini terus selalu ada dan menjadi inspirasi bagi desa lainnya, untuk menunjukkan potensi budaya seni yang dimiliki masing-masing daerah. Agar kedepannya, desa wisata lainnya bisa ikut menjadi desa wisata pilihan ASTRA dan menjadikan Kampung Berseri Astra selanjutnya. 

0

Posting Komentar